Breaking News
Loading...
Selasa, 25 Februari 2014

Sistem Imun Spesifik Seluler

19.56
Bagan Sistem Imun
Sistem imun merupakan pertahanan atau perlawanan tubuh terhadapa infeksi. Adapun fungsi dari SI (Sistem Imun) ini adalah sebagai berikut :
  1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit, menghancurkan maupun menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (baik jamur, bakteri,virus, maupun parasit lainnya) yang masuk kedalam tubuh.
  2. Menghilangkan jaringan yang rusak maupun sel yang rusak (derbis sel) untuk perbaikan
  3. Mengenali dan menghilangkan sel yang rusak.
Pertahanan imun terdiri atas :
  1. Sistem imun alamiah atau non spesifik(natural / innate / native)
  2. Ssistem imun yang didapat atau sistem imun spesifik (adaptive / acquired).
Pertahanan non spesifik, dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
  1. Pertahan fisik : Pertahanan fisik diperankan oleh, kulit, selaput lendir, silia, batuk  dan bersin, merupakan geris terdepan terhadap infeksi.
  2. Pertahanan biokimia : Diperankan oleh lisozim( keringat), asam lambung, laktoferin, dan sekresi sebaseus.
  3. Pertanahan humoral/cairan : Pertahan humoral diperankan oleh komplemen, inrterferon dan CRP ( C Reaktif Protein / protein fase akut), kolektin MBL 9 (Manan Binding Lectin).
  4. Pertahanan seluler : Diperankan oleh sel-sel imun yang terdiri dari oleh fagosit, sel makrofag, sel dendrik, sel mastosit.sel mast, sel NK (Natural Kiler).
Pertahanan Spesifik, terdapat dua mekanisme yaitu humoral dan selular : 

1. Humoral
Peran utama dalam system imun spesifik humoral adalah limfosit B atau sel B. Sel B diproduksi di sum-sum tulang dan pematangannya juga didalam sum-sum tulang. Bila sel B dirangsang oleh benda asing maka sel ini akan segera berpoliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang selanjutnya sel plasma ini akan menghasilkan antibodi.

Sel B memiliki reseptor yang disebut BCDF (B cell Diferentiation Factor) diperlukan untuk berdiferensiasi dan BCGF (B Cell Growt Factor) diperlukan untuk berpoliferasi. Terkadang sel B tidak dapat menjadi sel plasma dikarenakan kekurangan BCGF untuk berpoliferasi sehingga sel yang tidak menjadi sel plasma ini akan menjadi sel B memori dan dapat hidup dalam waktu yang cukup lama. Salah satu kelebihan dari respon imun spesfik karena memiliki sel memori yang dapat mengenali langsung antigen yang pernah menginfeksi tubuh dengan struktur yang sama.

Antibodi yang dihasilkan oleh sel plasma tadi akan berperan terhadap infeksi ekstra seluler serta dapat menetralisasikan toxic yang dikeluarkan oleh antigen (Ag) tertentu.

2. Sistem imun spesifik seluler
Diperankan oleh sel T atau limfosit T. Sel T berfungsi untuk mengaktifkan sel-sel pertahanan lain dalam tubuh. Sel tersebut juga berasal dari sum-sum tulang tetapi pematangan sel ini terjadi di timus. Dalam timus sel ini akan diseleksi yakni seleksi positif dan seleksi negatif.

Seleksi positif merupakan penyeleksian sel T yang tidak dapat membedakan antara antigen sendiri (self antigen) dan antigen luar (non self antigen). Dalam seleksi ini sel T yang dapat hidup hanyalah sel T yang dapat mengenal MHC sendiri. Seleksi negatif merupakan seleksi sel T yang dikarenakan infitasnya yang tinggi terhadap MHC sendiri sehingga ada kemungkinan sel ini akan menyerang self Ag.

Berbeda dengan sel B, sel T terdiri atas beberapa sel subset dengan fungsi yang berlainan yaitu sel T naif, sel T helper (TH), T delayed type hypersensitivity (Tdth), CTL (cytotoxic T Limfosit) atau T cytotoxic atau T cytolitic (Tc) dan Ts / Tr (T supresor / regulator). Yang berperan pada imunitas selular adalah CD4+ / Th yang mengaktifkan makrofag yang selanjutnya menghancurkan mikroba dan CD8+ (Cluster of differentiation 8) / CTL yang memusnahkan sel yang terinfeksi.

Sel T helper

Sel T helper adalah golongan sel darah putih yang bertindak sebagai adaptive immunity. Dimana fungsi dari sel T helper sendiri antara lain adalah :
  1. Membantu sel B untuk membentuk antibody, mengaktifkan sistem pertahanan adaptive humoral atau adaptive cytolitic
  2. Membantu perkembangan sel T sitotksik
  3. Fasilitator sel-sel pertahanan lain dalam untuk melawan antigen
Sel T helper masih bisa berdiferensiasi menjadi sel T memori dan sel T penekan / supresor. Sel T merupakan sel limfosit yang pertama kali berinteraksi dengan zat asing. Hal ini terjadi karena sel T memiliki protein permukaan yang disebut CD4 dan CD8. CD4 atau CD8 akan mendeteksi keberadaan antigen. Sebab dia akan mengenali sel yang memiliki reseptor MHC kelas 1 atau MHC kelas 2. Apabila dia berinteraksi dengan sel yang tidak memiliki MHC maka dia akan menganggap sel tersebut sebagai zat asing. Sehingga sel T akan berdifensiasi dan menyerang zat asing tersebut.

Sel limfosit T-helper berkembang menjadi 2 jenis sel :

1. Sel TH1
  • Bekerja pada sistem pertahanan cytolitic, mengatur imunitas seluler (cell – mediated immune) untuk melawan antigen asing dari dalam (intraselluler) seperti virus.
  • Memproduksi: cytokines: IL-2, IFN-γ, and TNF-a.
  • Sitokin adalah protein hormon yang menengahi dua imun (kekebalan tubuh) alami dan imun spesifik. Sitokin sebagian besar dihasilkan dengan mengaktifkan sel (limfosit) selama sel kekebalan menengahi.
  • Interleukin-2 (IL-2) adalah sebagian besar sitokin yang bertanggung jawab untuk mengaktifkan pertumbuhan dan diferensiasi limfosit. IL-2 banyak menghasilkan sel T CD4+ dan menghasilkan sedikit sel T CD8+ (cytotoksit sel T, atau CTLs). Fungsi utama dari IL-2 ialah meningkatkan respons imun. IL-2 berperan dalam apoptosis sel T yang teraktivasi bukan oleh antigen, hal ini penting untuk mencegah autoimunitas.
  • IFN – γ (Interferon – γ), nama lainnya adalah Fibroblas IFN atau Tipe I. dihasilkan oleh sel T helper dan hanya bekerja pada sel-sel tertentu, seperti makrofaga, sel endotelial, fibroblas, sel T sitotoksik, dan limfosit B.
  • TNF – a, (Tumor necrosis factor alpha) adalah sitokin yang diproduksi oleh makrofag dan sel T yang mempunyai banyak fungsi dalam system imun. Merupakan protein yang unik yang dihasilkan selama respon inflamasi. TNF-a tidak hanya akibat dari peradangan, juga merupakan zat yang mempromosikan peradangan. Memiliki peran sebagai: Mediasi inflamasi akut; Menstimulasi inflamasi pada sel endotel; dan Chemoattractant untuk sel darah putih
2. Sel TH2
  • Bekerja mengatur imunitas humoral, atau produksi antibody untuk melawan antigen asing luar ( ekstraselluler ) seperti bakteri. berfungsi untuk mengaktifkan sel B untuk berdiferensiasi menjadi sel – sel plasma yang selanjutnya menghasilkan antibodi monomer IgA. Sel epitel juga menghasilkan secretory component yang berfungsi untuk membawa SIgA keluar dari sel epitel.
  • memproduksi: IL-4, IL-5, IL-6, IL-10, dan IL-13.
  • Interleukin-4 (IL-4), adalah glikoprotein dengan ukuran 18 – 20 kD yang terdiri dari asam amino yang diproduksi oleh sel T, sel mast dan sel basofil. Efek IL – 4 yang paling penting adalah perkembangan sel Th2 dan memerintahkan sel B untuk memproduksi Ig E dan Ig G4, sedangkan pada endotel IL – 4 meningkatkan ekspresi VCAM-1. Merupakan penanda proses inflamasi. IL-4 berperan dominan dalam sistem kekebalan untuk aktivasi sel B pada produksi antibody.
  • Interleukin-5 (IL-5) adalah sitokin dengan ukuran sekitar 20 kD yang di  sekresi sel TH. Fungsi IL – 5 yang paling penting adalah kemampuan untuk menstimulasi pertumbuhan dan diferensiasi eosinofil dan aktivasi sel eosinofil matur. IL-5 juga bersifat kemotaktik terhadap eosinofil, menyebabkan sekresi eosinofil dan meningkatkan antibody dependent cytotoxicity.
  • Interleukin-6 (IL-6) adalah sitokina yang disekresi dari jaringan tubuh ke dalam plasma darah, terutama pada fasa infeksi akut atau kronis, dan menginduksi respon peradangan transkriptis melalui pencerap IL-6 RA, menginduksi maturasi sel B. dan pencerap gp130.
  • Interleukin-10 (IL-10) dalah sitokina yang banyak disekresi oleh monosit, yang memiliki efek pleiotrofik pada sistem kekebalan dan peradangan. Pertama kali IL-10 dikenal karena kemampuannya untuk menghambat aktivasi dan fungsi efektor dari sel T, monosit dan makrofaga. Fungsi rutin IL-10 tampaknya terutama menghambat atau meniadakan respon peradangan, selain mengendalikan perkembangan dan diferensiasi sel B, sel NK, sel TH, sel T CD8, mastosit, granulosit, sel dendritik, keratinosit dan sel endotelial, dan bersifat imunosupresif terhadap sel mieloid.
  • Interleukin-13 (IL-13) adalah sebuah protein dengan fungsi sitokin yang disekresi berbagai sel, tetapi terutama oleh sel TH2. Berbagai efek biologis IL-13, memiliki sejumlah kemiripan dengan IL-4. Kedua sitokin diketahui berperan pada kejadian alergi dengan mengatur isotype class switching pada sel B untuk menghasilkan Ig E, menginduksi ekspresi MHC kelas II dan CD 23, menginduksi VCAM 1, eotaksin, mengaktivasi sel mast dan eosinofil.
CTL (Cytotoxic T Limfosit)

Cytotoxic T Lymphocyte/CTL/ T cytotoxic/T cytolitic/Tc) atau sel T pembunuh (killer) adalah sel tersebut mengenal antigen yang dipresentasikan bersama molekul MHC-I yang ditemukan pada semua sel tubuh yang bernukleus. CTL merupakan sub-grup dari sel T yang berfungsi :
  1. membunuh sel yang terinfeksi dengan virus (dan patogen lainnya) dengan menghancurkan sel yang mengandung virus tersebut
  2. membunuh berbagai bibit penyakit dan sel kanker
  3. merusak dan mematikan pathogen intraseluler
  4. menghancurkan sel ganas dan sel histoimkompatibel yang menimbulkan penolakan pada transplantasi.
Sel T sitotoksik disebut juga sel T CD8+ karena terdapat glikoprotein CD8 pada permukaan sel yang mengikat antigen MHC kelas I. Sel T sitotoksik dapat menjadi pasif pada status anergik, seperti pada penyakit autoimun.

Sel limfosit T sitotoksik mengandung granula azurofilik yang  berlimpah dan mampu menghancurkan berbagai sel yang terinfeksi, sel tumor, tanpa sensitisati (rangsangan) sebelumnya. Sel limfosit T sitotoksik ini diklasifikasikan sebagai sistem kekebalan tubuh bawaan yang merupakan lapis ketiga pertahanan tubuh terhadap berbagai macam serangan. Secara langsung menyerang sel lainnya yang membawa antigen asing atau abnormal di permukaan mereka.

Sel limfosit T sitotoksik dalam meningkatkan system pertahanan dengan cara mengikutsertakan sistem pertahanan yang lain. Mengenal kembali material asing oleh sistem imun oleh dirinya sendiri, tidak selalu menghasilkan pengrusakan material tersebut. Sel dari sistem imun melepaskan messenger kimiawi (seperti sitokin) yang mengambil dan mengaktifkan sel lain seperti polimorf, makrofag dan sel mast atau sistem kimiawi (seperti komplemen, amine, kinin, dan sistem lisosomal) untuk menghancurkan material asing.

sumber: cdrhfitria

0 komentar:

Posting Komentar